OPINI: TARIAN JA’I DAN KANDUNGAN NILAI BUDAYA ORANG NGADA

Oleh : Venansius  Fransiskus Kembo

(Mahasiswa Tekni Informatika Universitas San Pedro Kupang)

WARTANET NKRI.COM – Tarian Ja’i bagi orang Ngada di Flores bukanlah sekadar hiburan, melainkan sebuah ekspresi budaya yang sarat dengan nilai sosial, spiritual, dan kebersamaan. Setiap gerak kaki, dentuman gong, dan syair yang dilantunkan bersama menjadi bahasa simbolis yang merefleksikan pandangan hidup masyarakat.

Secara antropologis, pola melingkar dalam Ja’i mengandung makna penting: kesetaraan, persatuan, dan kesinambungan hidup. Tidak ada yang berdiri di depan atau di belakang, semua sejajar. Inilah cermin dari nilai egaliter masyarakat Ngada, di mana kebersamaan lebih diutamakan daripada kepentingan individu. Selain itu, Ja’i juga berfungsi sebagai media kolektif untuk mengucapkan syukur kepada leluhur, merayakan panen, hingga memperkuat solidaritas sosial.

Namun, Ja’i tidak hanya hidup dalam ranah adat. Di tengah derasnya arus modernisasi, Ja’i justru mengingatkan kita bahwa identitas budaya adalah akar yang menjaga keseimbangan hidup. Ketika orang menari Ja’i, mereka sedang meneguhkan jati diri sekaligus mewariskan nilai gotong royong, rasa syukur, dan persaudaraan kepada generasi berikutnya.

Di sisi lain, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana Ja’i tidak sekadar dijadikan tontonan festival atau daya tarik wisata semata, melainkan tetap dijaga makna aslinya sebagai warisan budaya immateri. Pelestarian Ja’i harus ditempatkan dalam konteks pendidikan budaya lokal, agar generasi muda tidak hanya bisa menari, tetapi juga memahami filosofi di baliknya.

Bagi saya, melestarikan Ja’i berarti merawat kekayaan moral dan spiritual orang Ngada. Ja’i bukan hanya tarian, melainkan “guru kehidupan” yang mengajarkan kita arti kebersamaan, kesetaraan, dan rasa syukur. Nilai-nilai inilah yang membuat Ja’i relevan bukan hanya bagi masyarakat Ngada, tetapi juga bagi bangsa Indonesia yang sedang mencari pegangan moral di tengah arus globalisasi.

Tarian Ja’i merupakan cerminan identitas dan nilai budaya orang Ngada yang menekankan persatuan, kesetaraan, serta rasa syukur kepada leluhur. Lebih dari sekadar pertunjukan, Ja’i adalah sarana memperkuat solidaritas sosial dan media pewarisan nilai hidup bagi generasi penerus.

Melestarikan Ja’i berarti menjaga akar budaya sekaligus merawat kekayaan moral bangsa. Dengan memahami makna di balik setiap gerakannya, kita tidak hanya menonton sebuah tarian, tetapi juga belajar tentang kebersamaan, gotong royong, dan jati diri yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat. (Redaksi WNN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights