Festival Budaya TTS 2025 : Wujud Ketahanan Budaya Berkelanjutan

Opini : Fredensius Tae

(Mahasiswa Teknik Informatika Universitas San Pedro Kupang NTT)

 WARTANET NKRI.COM – Festival Budaya Tahun 2025 di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), yang berlangsung sejak 21 Agustus hingga 2 September 2025, yang diselenggarakan oleh  Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS,  merupakan tonggak penting dalam upaya menjaga dan menghidupkan kembali warisan budaya lokal. Festival ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan wujud nyata ketahanan budaya yang berkelanjutan di tengah tantangan modernisasi.

Festival tahun ini menampilkan ragam kesenian tradisional khas TTS yang sarat makna, antara lain, tarian tradisional Ma’ekat, Sbo Bano, Tel Sain, dan Bonet yang menggambarkan kebersamaan, penghormatan pada leluhur, serta ikatan sosial masyarakat. Selain itu, terdapat lomba pidato dan cerita rakyat (Nu’u) yang memberi ruang generasi muda  melestarikan nilai-nilai luhur melalui bahasa dan tutur kata. Hal yang tak kalah menarik adalah hadirnya stand up comedy dalam bahasa Dawan (Uab Meto) yang membuktikan bahwa bahasa daerah bisa tetap hidup dan kreatif di era modern. Sementara itu, fashion show busana tradisional akan memperlihatkan keindahan tenun ikat dan busana adat TTS yang penuh makna simbolik.

Terlibatnya lintas generasi dalam Fesyival, mulai dari PAUD, SD, SLTP, SLTA, hingga kelompok Sanggar Seni dalam wilayah TTS, menunjukkan bahwa festival budaya TTS bukan hanya milik kalangan tertentu, tetapi ruang bersama bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dan berbangga atas identitas budayanya. Proses pewarisan nilai dan tradisi pun berjalan secara alami dari generasi tua ke generasi muda.

Lebih dari sekadar pertunjukan seni, festival ini menjadi sarana pendidikan karakter. Nilai kebersamaan, gotong royong, serta penghargaan terhadap keragaman diajarkan melalui setiap kompetisi dan penampilan. Di sisi lain, dampak positif juga terasa dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, karena festival ini mampu menarik pengunjung sekaligus menggerakkan usaha lokal.

Festival Budaya Tahun 2025 di Kabupaten TTS membuktikan bahwa ketahanan budaya bukan berarti sekadar melestarikan tradisi lama, melainkan juga mengolah dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Dengan cara ini, budaya tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh relevan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Oleh karena itu, festival ini patut diapresiasi sebagai ikon ketahanan budaya berkelanjutan. Ia menjadi ruang ekspresi, ruang belajar, sekaligus ruang kebanggaan bersama. Dengan dukungan pemerintah daerah, sekolah, sanggar seni, dan komunitas adat, Festival Budaya TTS 2025 diyakini akan menjadi momentum berharga dalam perjalanan kebudayaan daerah menuju masa depan yang lebih kuat dan bermartabat. (WNN/Liputan Khusus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights