FESTIVAL BUDAYA TTS : BASIS PEMBANGUNAN, PELESTARIAN BUDAYA DAN PENGEMBANGAN NILAI

Opini : Venansius Fransiskus Kembo

(Mahasiswa Teknik Informatika Universitas San Pedro Kupang NTT)

WARTANET NKRI.COM – Festival budaya bukan sekadar sebuah perayaan, tetapi juga instrumen penting dalam membangun identitas, memperkuat kohesi sosial, dan menumbuhkan kebanggaan masyarakat. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), festival budaya telah menjadi ruang ekspresi yang merekatkan hubungan antar generasi, sekaligus membuka jalan bagi pembangunan masyarakat yang berakar pada nilai-nilai budaya luhur.

Budaya adalah fondasi pembangunan. Tarian, musik, cerita rakyat, bahasa, maupun busana tradisional bukan hanya estetika, melainkan simbol nilai hidup: kebersamaan, kerja keras, solidaritas, dan penghormatan terhadap leluhur. Festival budaya menghadirkan semua itu dalam bentuk yang hidup, sehingga masyarakat tidak hanya menyaksikan, tetapi juga merasakan nilai-nilai yang diwariskan.

Festival Budaya di TTS menampilkan beragam ekspresi, mulai dari tarian tradisional seperti Ma’ekat, Sbo Bano, Tel Sain, dan Bonet, hingga cerita rakyat (Nu’u), lomba pidato, stand up comedy dalam bahasa Dawan (Uab Meto), serta fashion show busana tradisional. Semua ini membuktikan bahwa budaya lokal memiliki daya hidup yang kuat, bahkan dapat diolah secara kreatif sehingga menarik generasi muda tanpa kehilangan esensinya.

Lebih dari itu, festival ini memiliki nilai strategis bagi pembangunan masyarakat. Pertama, ia memperkuat pendidikan karakter generasi muda melalui partisipasi langsung, baik di sekolah maupun komunitas seni. Kedua, ia mendorong pertumbuhan ekonomi lokal lewat sektor pariwisata dan industri kreatif yang berbasis budaya, seperti kerajinan tenun ikat dan kuliner tradisional. Ketiga, festival menjadi ruang diplomasi budaya, memperkenalkan TTS kepada masyarakat luas dan meningkatkan citra daerah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS menegaskan: “Festival budaya ini bukan sekadar tontonan, tetapi wadah pembelajaran dan kebanggaan bersama. Melalui kegiatan ini, kami ingin generasi muda mencintai budayanya sendiri, sekaligus menjadikannya modal untuk membangun masyarakat yang lebih maju.” ujarnya.

Namun, menurut saya, festival budaya tidak boleh berhenti sebagai acara tahunan yang bersifat seremonial. Ia harus ditempatkan sebagai basis pembangunan masyarakat, dengan langkah nyata seperti integrasi nilai budaya dalam kurikulum pendidikan, pemberdayaan komunitas seni, serta dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten. Dengan demikian, festival menjadi puncak dari proses panjang pelestarian dan pengembangan budaya yang dijalankan secara berkesinambungan.

Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—pemerintah daerah, dunia pendidikan, komunitas adat, hingga masyarakat umum—untuk bersama-sama menjadikan Festival Budaya Timor Tengah Selatan sebagai wadah pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya luhur. Hanya dengan cara ini, budaya tidak sekadar dipertontonkan, melainkan benar-benar memberi manfaat dalam membentuk masyarakat yang berkarakter, berdaya saing, dan berkepribadian kuat di tengah perubahan zaman. (WNN/Liputan Khusus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights