BPK WILAYAH XVI NTT LAKSANAKAN KEGIATAN WORKSHOP TENUN IKAT
WARTANET NKRI.COM – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI NTT, menyelenggarakan Workshop Tenun Ikat di Lantai 2 Ruangan Tablolong, Hotel Kristal Kupang, selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 14 sampai 16 september 2023, melibatkan 60 orang peserta yang berasal dari para pelajar dan mahasiswa sebanyak 34 orang dan 16 orang lainya berasal dari dinas instansi terkait.
Kegiatan Workshop Tenun Ikat ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang diwakili oleh Sekretaris (Sekdis) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ir.Syaloomi Marthina Pa, M.Sc, didampingi Kepala BPK Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si serta Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, bapak Mohadi, S.Sn.
Saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan itu, Syaloomi Marthina Pa, menyampaikan apresiasi yang tinggi dari Pemerintah Provinsi NTT kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, yang telah menyelenggarakan kegiatan Workshop Tenun Ikat tersebut.
“ Kain tenun dan motif yang terkandung di dalamnya menyimpan nilai-nilai edukasi peninggalan leluhur kita. Simbol-simbol, gambar dan warna yang tertuang menjadi suatu kain tenun memiliki nilai sejarah peradaban panjang kehidupan manusia dari zaman ke zaman, karena itu sangatlah penting diketahui dan dilestarikan serta dikembangkan oleh generasi muda kita,” ungkap Syalomi.
Syalomi mengharapkan, dengan adanya kegiatan Workshop Tenun Ikat tersebut, dapat mendorong dan meningkatkan minat generasi muda kota kupang dapat meningkatkan pengetahuan untuk melestarikan tenun ikat dan juga diharapkan dapat menjadi pelaku usaha bidang tenun serta memperkenalkan tenun sehingga rasa cinta kepada NTT semakin mengakar.
Dia mengatakan, saat ini semakin sedikit generasi muda yang mau mempelajari teknik menenun, sehingga masalah regenerasi penenun dikhawatirkan dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian budaya menenun,”jelasnya.
“Selamat mengikuti workshop ini, semoga apa yang diperoleh nanti, dapat bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan budaya menenun di kalangan pelajar dan mahasiswa demi kelestarian budaya menenun di kota Kupang dan Peovinsi NTT. Dan dengan mengucap Puji dan Syukur kepada Tuhan Maha Kuasa, saya membuka kegiatan Workshop Tenun Ikat ini dengan resmi,” ujar Syaloomi disambut tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin yang hadir.
Sebelum acara pembukaan dimulai, selaku penyelenggara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si, menguraikan latar belakang dan tujuan kegiatan tersebut dilakukan pihaknya.
Katanya, dalam upaya menjaga kelestarian dan kelangsungan tenun ikat di Kota Kupang, pihaknya sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, yang berada di daerah, memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap keberadaan tenun ikat. Oleh karena itu pihaknya melaksanakan kegiatan ‘Workshop Tenun Ikat’.
“Saya ucapan terima kasih kepada SMA Negeri 11 Kota, SMK Negeri 4 Kota Kupang Mahasiswa dan Mahasiswi dari Universitas Nusa Cendana, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, BPMP Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang telah menyertakan puluhan orang untuk menjadi peserta Workshop Tenun Ikat,”ungkapnya.
I Made Dharma menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para Nara Sumber, yaitu, Ir. Syaloomi Marthina Pa, M.Sc, Ibu Yanti M. Elik,S.Pd.M.Pd dari SMK Negeri 4 Kupang, Bapak Efraim J. Pranamantara, S.Fil.,M.Pd yang adalah Dosen Program Studi Teknik Pembuatan Tenun Ikat Fakuktas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, dan Ibu Septi Miriam Reo serta Ibu Yul Efrin M. Bureni dari DEKRANASDA Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Terimakasih juga saya saya sampaikan kepada Bapak Mohadi, S.Sn Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Bapak Aplinuksi M.A. Asamani, S.Sos, M.Si Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Timur yang akan bertindak sebagai moderator dalam kegiatan workshop ini,” ungkap I Made Dharma.
Dia mengatakan, Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan dan Kota Kupang khususnya adalah daerah yang memiliki kerajinan tenun ikat yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun dalam masyarakat.
“Tenun ikat merupakan kekayaan budaya bangsa dan sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang memiliki arti penting untuk pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sehingga perlu dilestarikan secara sungguh-sungguh melalui pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan,”ucapnya mengakhiri pembicaraan.
Secara terpisah, kepada awak media, Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, Mohadi, S.Sn menyampaikan rasa syukur, karena kegiatan Workshop tersebut, adalah wujud perhatian terhadap karya budaya Tenun Ikat, baik dalam bentuk pembinaan , pelestarian dan perlindungan terhadap objek kebudayaan di Kupang NTT.
MATERI : PERAN PEMERINTAH PROMOSIKAN TENUN PADA GENERASI MUDA
Seusai acara pembukaan, langsung dilakukan Workshop Tenun Ikat yang dibawakan oleh Moderator, Mohadi, S.Sn, yang adalah Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Nara Sumber yang membawakan materi pertama ini adalah Ir. Syaloomi Marthina Pa, M.Sc, yang juga adalah Sekdis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. Materi yang dibawakan berjudul ‘Peran Pemerintah dalam Mempromosikan Tenun Ikat kepada Generasi Muda’.
Pada kesempatan membawakan materinya, Ir. Syaloomi Marthina Pa. M.Sc, menjelaskan secara tentang motif dan ragam, corak dan warna kain tenun di NTT, yang dipengaruhi oleh Suku, Etnis, Lokasi dan kondisi daerah dimana kain tenun itu diproduksi.
Dia menjelaskan lagi terkait jenis Kain Tenun yang ada di NTT yaitu, Tenun Ikat, Tenun Sotis, dan Tenun Songke.
“Harga Kain Tenun dari hari ke hari semakinmeningkat. Kain Tenun di NTT telah dikenal sebagai komoditas unggulan. Kain Tenun dari setiap daerah di NTT memiliki keunikan dan ke khasan tersendiri yang sangat diminati oleh para wisatawan local dan manca Negara, hal ini akan sangat menjajikan masa depan pendapatan ekonomi bagi para penenun.”ucapnya.
Katanya, Minat masyarakat terhadap tenun NTT semakin meningkat sejalan dengan gencarnya kegiatan promosi.
Dahulu penggunaan kain tenun terbatas untuk keperluan upacara adat, sekarang penggunaannya berkembang untuk beragam keperluan.
Kain tenun kini sudah dibuat menjadi berbagai macam produk seperti: baju, gaun, kemeja, jaket, sepatu, tas wanita, tas ransel, dan berbagai aksesori seperti kalung, gelang. cincin, bandana dan tempat pinsil.
“Menenun merupakan budaya yang diajarkan secara turun menurun oleh orang tua kepada anaknya, terutama wanita. Tradisi menenun kain NTT telah banyak ditinggalkan karena minat generasi muda terhadap budaya menenun mulai merendah. Semakin sedikit generasi muda yang mau mempelajari teknik menenun dari para orang tua. Masalah regenerasi penenun ini dikhawatirkan dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian budaya menenun,”ungkap Syaloomi kepada 60 peserta.
Syaloomi mengatakan, terkait masalah pengembangan dan upaya pelestariannya, Pemerintah, lewat Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Melaksanakan kebijakan teknis pengelolaan cagar budaya dan permuseuman, Pelestarian sejarah dan tradisi serta pembinaan kesenian,Bahasa dan sastra daerah.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur telah memfasilitasi Alat Tenun untuk sekolah SMA/SMK yang memiliki jurusan maupun Ekstrakurikuler Tenun Ikat. Melaksanakan kegiatan workshop tenun ikat yang melibatkan guru,siswa dan masyarakat umum.
Dan dari hasil Pelestarian Sejarah dan Nilai Budaya khususnya Tenun Ikat, maka Tenun Ikat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda di Tingkat Nasional yakni: Tenun Ikat Sumba (2013) dan Tenun Ikat Sikka (2019), dari 32 WBTb yang sudah ditetapkan.
Syaloomi mengatakan lagi bahwa Terkait Peran Pemerintah NTT dalam mempromosikan Tenun Ikat kepada Generasi Muda lewat Tenun Masuk Sekolah bagi SMA, SMK dan SLB, yang menggunakan rompi tenun setiap hari kamis.
Pemerintah NTT juga telah melakukan Pembuatan film dokumenter “TEKNIK PEWARNAAN ALAM TENUN IKAT’ di kabupaten Nagekeo, SIKKA, Ende, Lembata, yang akan diputar di Festival Layar Tancap – Pekan Kebudayaan Nasional 20 Oktober di Jakarta. Pemerintah Provinsi NTT juga telah melaksanakan Fashion Show bersama Ivan Gunawan, dengan tema Garis Putih dan memperkenalkan desain milenial dgn didominasi pengembangan bahan sutra tenun NTT.
Pemerintah Provinsi NTT mewajibkan menggunakan pakaian adat pada Pawai Budaya dalam rangka HUT RI yang ke 78 bagi guru dan siswa di Kota Kupang. Pemerintah NTT melakukan Festival Tenun Siswa di Kabupaten Nagekeo, Pentas Seni Siwa SMA dan SMK, Pameran karya siswa SMA, SMK, dan SLB, melakukan pemilihan Putra dan Putri Pelajar, Penari cilik dan Remaja, di Denpasar dan Jakarta, melakukan Pagelaran Budaya di Mexiko, lakukan Jakarta Fashion Week (JFW) di Jakarta.
Syaloomi menjelaskan secara detail bahwa Pemerintah Provinsi NTT juga telah melakukan kajian Kain Tenun di berbagai kabupaten yang ada dan kini menjadi koleksi milik Pemerintah Provinsi. Kajian yang mejadi koleksi tersebut dilakukan di kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2005, di Lembata dan Alor pada tahun 2008, di Rote Ndao tahun 2009, di kabupaten TTU pada tahun 2011, di Manggarai tahun 2013, di Ende tahun 2015, di Sikka tahun 2015, di Sabu Raijua tahun 2019 dan di kabupaten Malaka pada tahun 2022.
“ Pemerintah Provinsi NTT juga melakukan Kerjasama dengan Dekranasda Provinsi NTT untuk pengembangan dan pelestarian tenun NTT melalui Promosi Karya siswa, magang, bantuan alat tenun, benang dan lain-lainnya,” papar Syaloomi. ( Vegas/WNN)