WORKSHOP SENI TEATER ‘PERTUNJUKKAN BERBASIS BUDAYA’

WARTANET NKRI.COM, KUPANG  – Workshop Seni Teater yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Perfilman NTT Teater Pluss, diharapkan dapat membangkitkan kembali gairah dan semangat para Pelajar, Mahasiswa dan Komunitas Seni, agar bangkit dan berkarya secara cerdas, mengangkat serta unsur-unsur dan nilai budaya NTT,  lalu dituangkan dalam skenario pertunjukan yang teatrikal. Dengan pertunjukan Teater yang berlatar belakang budaya tersebut, maka nilai-nilai budaya masyarakat NTT akan tetap terjaga dan terlestari sepanjang zaman.

Hal tersebut di atas diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd, saat membuka acara Workshop Seni Teater pada tanggal 06 September 2023, bertempat di AULA Museum Daerah Provinsi NTT. Sambutan pembukaan ini dibacakan oleh Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, Mohadi, S.Sn.

Dihadapan 30 peserta Workshop yang berasal dari pelajar, mahasiswa dan komunitas seni, serta para undangan lainnya, Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, Mohadi, yang mewakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, mengatakan, seni tetaer merupakan induk dari berbagai kesenian yang ada sehingga para peserta hendaknya mencatat dan mempelajari dengan baik, terkait materi-materi yang akan diberikan oleh para nara sumber, sehingga kedepannya bisa berkarya dengan benar dan terarah untuk mengisi pembangunan seni budaya di NTT dan Indonesia.

“Atas nama Pemerintah, kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada LSP Teater Pluss dan Panitia yang telah melakukan Workshop Seni ini. Terimakasih juga kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI yang telah memberikan bantuan  dana Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan bagi LSP Teater Pluss untuk penyelenggaraan ini. Dan atas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, saya membuka acara Workshop Seni Teater ini dengan resmi,” demikian ungkapak bapak Mohadi, pada acara pembukaan tersebut.

Setelah acara pembukaan, maka dilanjutkan dengan pemberian materi Workshop Seni Teater oleh 4 orang nara sumber yaitu, Drs. Agustinus Beda Ama, S.Sn., M.Si (Budayawan)  Elias Djoka (Pemerhati Musik Teater), Irwan Thio, S.Th ( Aktor dan Sutradara Drama), Pieter Kembo ( Penerima Anugerah Kebudayaan Provinsi NTT Bidang Pencipta, Pelopor dan Pembaharu)

AGUS BEDA AMA : PERTUNJUKAN TEATER BERBASIS BUDAYA : SUATU PENDEKATAN SOSIO-ANTROPOLOGIS

Nara Sumber Agus Beda Ama, dalam pemaparan materinya, ia mengatakan,  ‘Budaya’ sebagai suatu state of mind. Seseorang dikatakan ‘berbudaya’ (cultured) jika ia bergerak ke arah kesempurnaan (the idea of perfection), suatu tujuan atau aspirasi pencapaian atau emansipasi manusia individual. ‘Budaya’ sebagai ide sivilisasi atau peradaban (the idea of civilization). Beberapa kelompok masyarakat dipandang “lebih berbudaya” (more cultured) atau “lebih beradab” (more civilized) daripada yang lainnya (cara-pandang evolusioner). ‘Budaya‘: “kumpulan kesenian dan karya-karya intelektual dalam suatu masyarakat” (the collective body of arts and intellectual work within any one society).

‘Budaya’ : “keseluruhan cara hidup sekelompok orang” (the whole way of life of a people).  “Budaya suatu masyarakat adalah cara hidup para anggotanya; kumpulan gagasan dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka pelajari, miliki bersama, dan teruskan dari generasi ke generasi“.

Agus menjelaskan, budaya memiliki beberapa tipe, yaitu, Budaya Adi Luhung, Budaya Rakyat (Folk dan Etnis), Budaya Pop atau Massal, Sub Budaya atau Kokultur. Katanya, Induvidu dan Komunitas Masyarakat memiliki naluri Produktif, Kreatif dan Ekspresi. Manusia memiliki kebutuhan dasar Resipien Budaya yang menjadi Agen Budaya. Di samping barang-barang  kebutuhan dasariah, manusia juga menciptakan barang-barang menurut hukum keindahan yang  melampaui  kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk kesenian.

Dia menjelaskan, wujud kebudayaan terdapat pada Artifak (Artifacts), yaitu ; sandang, pangan, papan, senjata, perkakas kerja.  Wujud Sosiofak ( Sociofacts) yaitu ;  Memandu individu dalam sosialisasi diri, Struktur / Organisasi Kemasyarakatan, Perilaku Sosial, Relasi Kekerabatan, Sistem Perkawinan, Sistem Pemerintahan, Pola Pendidikan/Pembelajaran. Wujud Kebudayaan berikut adalah Mentifak atau Psikofak  (Mentifacts/Psychofacts) yaitu ; Nilai & Norma, (Tabu /Pemali), Bahasa & Susastra, Dsbnya.

Sedangkan Wujud Kesenian terdapat pada Arsitektur Tradisional (Rumah Adat, Lanskap), Ukir-Pahat-Lukis (Ritual/Totemistis, Ornamental), TARI (Ritual, Hiburan), MUSIK (Instrumental, Vokal), SUSASTRA (Ceritera Rakyat, Legenda, Pantun), TEATER/DRAMA (Modus: Prosenik, Arena) Yang UNIVERSAL/MODERN dan Yang LOKAL/ETNIS/VERNAKULAR.

Sehingga Seni Teater atau Seni Pertunjukan dapat menggunakan Wujud Kebudayaan dan Wujud Kesenian, untuk dijadikan Ide atau Tema Garapan, lalu dikembangkan dalam naskah drama, kemudian dituangkan dalam Skenografi/Skenario berupa penciptaan dialog bergaya kedaerahan-dialog/idiolek, ungkapan-ungkapan khas local, kandungan isi atau pesan dialog serta melakukan setting dan property yang mendaerah atau mentradisi.

Pekerja Teater juga harus melakukan Riset terkait suatu pementasan yang Konvensional maupun Etnis, melakukan Riset terkait Tema dan Ide Ceritera (Naskah Drama) untuk ceritera Kepahlawanan dan Legenda Folktale serta Keagamaan.

“ Wujud Kebudayaan dan Wujud Kesenian hendaknya dapat dijadikan materi-materi dalam berbagai pertunjukan Teater sehingga nilai-nilai luhur budaya kita tetap terjaga, lestari dan terlindungi dengan baik,” jelas Agus Beda Ama, mengakhiri materinya di hadapan 30 peserta Workshop.

ELIAS JOKA : MUSIK ADALAH URAT NADI SUATU PERTUNJUKAN TEATER

Dalam Materinya, Elias Djoka, menjelaskan bahwa musik berperan penting dalam seni teater dan tidak hanya mempengaruhi emosi aktor, tapi juga berpengaruh pada emosi penonton. Lewat Musik, sutradara bisa menuntun emosi penonton dan ciptakan suasana yang berbeda dalam setiap adegan. Musik dalam seni teater memiliki beberapa fungsi atau pengaruh yang sangat kuat dalam suatu pertunjukan Teater.

Musik dalam Perunjukan Teater sangat dibutuhkan sebagai : Sebagai pembuka pertunjukan akan dimulai. Untuk menarik perhatian penonton sebelum cerita dimulai. Sebagai pembukan setiap adegan yang dimainkan. Menghubungkan antara satu adegan ke adegan selanjutnya. Mendukung suasana pertunjukan. Memperindah suasana teater. Mengondisikan imajinasi dan suasana penonton. Mengungkapkan tema cerita serta menekankan puncak konflik atau kondisi yang mendesak pada pertunjukan teater. Memberikan sentuhan karakter setiap pemeran. Memperlihatkan nilai-nilai estetis masyarakat yang digambarkan dalam cerita. Menegaskan gerakan pemeran dalam suatu adegan. Selingan bagi penonton dan sebagai penanda penutup lakon pada pertunjukan teater.

“ Jika kita melakukan pertunjukan Teater Tradisional maka hendaknya memakai musik yang bernuansa kedaerahan kita di NTT. Jika kita melakukan pertunjukan Teater Moderen maka kita dapat memakai music-musik modern yang memiliki nilai-nilai mendidik,” Jelas Elias Djoka para peserta.

IRWAN THIO : PERTUNJUKAN SENI TEATER MENGUNGKAPKAN KEARIFAN LOKAL

Saat memaparkan materinya, Irwan Thiodoris yang adalah Aktor Drama dan Aktor Sinetron pertama di NTT pada tahun 2004 itu, mengatakan, Drama adalah bentuk kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan. Sedangkan Film adalah kisah kehidupan manusia yang ditayang berupa gambar video dengan acting-akting yang sesuai dengan waktak dan karakter manusia sesuai peran dalam kehidupannya.

Irwan menjelaskan pentingnya pertunjukan seni teater tradisional yang mengungkapkan kearifan local sebagai sarana sarana pewarisan ilmu hidup atau nilai-nilai kebaikan. Teater bisa menghibur sekaligus berperan sebagai wadah pendidikan moral masyarakat. Teater menjadi sendi penting di dalam membangun harmoni kehidupan bersama, termasuk membiasakan berdampingan dengan orang lain di lapangan yang berbeda suku, bahasa, adat istiadat dan agama saat menonton. Ia juga menjelaskan secara detail terkait Bentuk, fungsi dan jenis teater yang mampu mengakomodir nilai-nilai tradisi.

PIETER KEMBO : TEKNIK BERMAIN DRAMA YANG BAIK LAHIRKAN PERTUNJUKAN BERKUALITAS

Sebagai pembawa materi terakhir, Pieter kembo, mengungkapkan berbagai hal terkait teknik-teknik dalam suatu pertunjukan teater yang berkualitas. Katanya, dalam suatu pertunjukan harus ada sutradara yang benar-benar menguasai naskah dan scenario pertunjukan, teknik akting yang benar, bloking dan pergerakan pemain pada titik-titik panggung sesuai alur ceritera. Sutradara harus memahami tata lighting, tata rias dan busana, tata dekor dan music yang baik, sehingga dalam memimpin suatu pertunjukan dia dapat membawa timnya menggapai suatu pertunjukan yang teatrikal dan memuaskan penonton.

Pada kesempatannya, Pieter Kembo, membeberkan berbagai teknik pertunjukan Drama, Puisi, Pantun yang dikolaborasikan dengan Tari, Nyanyi dan Musik. Dia juga membeberkan teknik-teknik kunci terkait acting para pemain, tata cahaya, tata rias, tata lampu dan bagaimana seseorang bisa menjadi penulis scenario dan sutradara.

Setelah materi selesai, dia memberikan ruang kepada seluruh peserta membagi kelompok A dan B, untuk membuat naskah lalu berlatih serta melakukan pertunjukan teater sebagai out put dari workshop tersebut, yang dipentaskan pada penutupan workshop pada hari keduanya.

PENUTUPAN WORKSHOP DIHADIRI KEPALA BPK WIL XVI DAN KEPALA UPTD MUSEUM

Pada hari ke 2, yakni tanggal 07 September 2023, pada jam 12 siang, acara penutupan dilakukan. Hadir dalam acara penutupan ini adalah, Kepala UPTD Museum Daerah Provinsi NTT, Aplinuksi Maximus A. Asamani, S.Sos, M.Si dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, I Made Dharma, S.S., M.Si.

Dalam sambutannya, I Made Dharma Suteja, mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh peserta yang telah bersedia mengikuti Workshop tersebut selama 2 hari. Dirinya sangat berterimakasih karena walaupun dalam waktu hanya dua hari namun peserta telah mampu melakukan pertunjukan 2 judul naskah yaitu, Hidup Bagaikan Roda dan Nuansa Flobamora.

“Saya terharu bercampur bangga saat menyaksikan kedua pertunjukan tadi. Nilai-nilai tradisi begitu kental dalam pertunjukan ini. Karena itu, saya berharap agar para komunitas, mahasiswa dan pelajar yang telah mengikuti workshop, bisa berkarya lebih baik lagi dalam komunitas masing-masing. Saya akan membantu sesuai kemampuan yang kami miliki sehingga dunia tetaer di NTT akan terus berjalan bersama nilai-nilai budaya dan berkembang untuk membangun bangsa tercinta Indonesia,” ungkapnya mengkhiri.

Sementara, sebelum menutup acara, Kepala UPTD Museum Daerah Provinsi NTT, Aplinuksi Maximus A. Asamani, mengajak seluruh peserta untuk mencari ide untuk membuat naskah pertunjukan lewat benda-benda sejarah budaya yang ada di Museum. Menurutnya, benda-benda sejarah tersebut dapat mengungkapkan perjalanan peradaban manusia dari zaman ke zaman, sehingga sangat cocok untuk dijadikan Ide untuk melakukan pertunjukan berbasis nilai-nilai budaya.

Katanya, pihak Museum akan selalu mebuka diri bagi para peserta workshop dan siapa saja yang datang ingin mengangkat ceritera terkait nilai-nilai luhur lewat benda-benda sejarah yang ada tersebut.

“Akhirnya dengan mengucap Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Kuasa, saya menutup acara Workshop Seni Teater Tahun 2023 ini,” ucapnya mengakhiri semua rangkaian acara. (WNN/Vegas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights