Kisah Perjuangan Maylenty Wempi Berantas Buta Huruf di Daerah Perbatasan Malinau

WARTANET.COM, JAKARTA – Kehidupannya yang susah di masa lalu, menjadikan
Maylenty Wempi peduli dengan dunia pendidikan . Ia menggerakan komunitas untuk
ikut mendukung program pendidikan di Malinau, Kalimantan Utara. Melalui Gerakan
Kasih, Maylenty berupaya meningkatkan keterampilan di daerah perbatasan tepatnya di
wilayah Kalimantan Utara.
Maylenty Wempi merupakan Ketua Tim Pengerak PKK Kabupaten Malinau, Kalimantan
Utara, yang aktif dan peduli di dunia pendidikan, khususnya anak-anak . Lahir di Desa
Setarap, Kecamatan Malinau Selatan Hilir pada 6 Mei 1984. Baca Juga Kisah Rahmat,
Santri Asal Sulsel Peraih 11 Beasiswa dari Kampus Top Luar Negeri Masa lalunya yang
susah karena keterbatasan membayar biaya sekolah saat itu menjadikannya sebagai
wanita yang peduli dengan dunia pendidikan di Malinau.
Maylenty kecil merasakan harus bergantian memakai baju seragam sekolah, sepatu
dan tas dengan kakaknya untuk menempuh pendidikan dari SD dan SMP. Kemudian
melanjutkan SMK di Tanjung Selor, Bulungan dan akhirnya lulus Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) di Tarakan.
“Dari latar belakang, keterbatasan biaya untuk sekolah, saya dan bapak (Bupati
Malinau) membantu kebutuhan warga untuk pendidikan,” kata Maylenty. Istri dari Bupati
Malinau Wempi W. Mawa mengikuti program dari bupati, dimana salah satunya
program Wajib Belajar Malinau Maju.
Maylenty yang senang dengan anak–anak ini juga sebagai Bunda Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Awalnya ingin lebih mengaktifkan lagi PAUD, supaya anak–anak di
Malinau lebih aktif. Kemudian PKK melakukan komunikasi dengan pihak program
Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).
Apalagi saat itu, diketahui banyak anak–anak di Malinau yang belum bisa membaca.
Kalau di perkotaan masuk SD sudah bisa membaca, sedangkan di desa–desa itu tidak
diwajibkan. Di situlah gerakan PKK Bersama teman–teman pokja 1 dan pokja 2
INOVASI membentuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Dengan semangat
terbentuklah sampai sekarang.
“Semangat sudah di desa–desa meminta saya datang untuk membentuk TBM di desa
mereka masing – masing. Walaupun sudah ada sebelumnya tapi kurang aktif,” katanya.
Para kader PKK, yang merupakan ibu–ibu lebih cepat menyampaikan terkait
pendidikan untuk keluarga di desa–desa. Kemudian TBM mulai bergerak di desa
masing–masing. Dilakukan secara berjenjang dari pengurus PKK di kecamatan
dilanjutkan ke pengurus PKK di desa–desa.
“Kami mengontrol lewat ibu camat kemudian ibu kades dan ini mempermudah. Setiap
ada kegiatan di desa agar mengirim foto kegiatan. Jadi tahu betul, ada kegiatan bentuk
dokumentasi, jenjangnya jadi berjalan,” kata Maylenty.
Selain itu, bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Baca Malinau (IKBM) diminta untuk
melatih membaca bagaimana para penggiat TBM serta berkomunikasi dengan anak –
anak di desa.
“Kami bangga karena gerakan ini mendapat respon di desa dan antusiasnya tinggi,”
kata Maylenty.
Bagaimana sebelumnya ibu–ibu PKK saat ini peduli terhadap pendidikan anak–anak.
Walaupun sebelumnya gerakan seperti ini belum kelihatan. Karena PKK sebelumnya
pada gerakan keluarga sehat, rumah bersih serta bagaimana anak – anak sehat.
Jadi adanya PKK bukan hanya sebagai mitra pemerintah, tapi juga mendukung dari sisi
keluarga secara langsung. PKK ini bergerak di 15 kecamatan dan 109 desa di Malinau.
Pada awalnya mulai melakukan di wilayah kota Malinau, namun sasaran saat ini kalau
bisa 109 desa dapat terjangkau oleh TBM. Diharapkan ke depannya juga ada
perpustakaan di tiap desa.
“Jadi kita maunya lagi ke tingkat lebih kecil ke RT untuk anak-anak aktif dan orang tua
aktif kita minta langsung dari RT,” katanya.
Selama ini, yang dibahas di RT terkait bersih lingkungan dan pembangunan di dalam
RT tapi sekarang pendidikannya melalui TBM itu menjadi modal utama. Selain itu, ada
gerakan PKK desa langsung ke RT juga. Bupati Malinau Wempi W. Mawa
mengharapkan SDM harus lebih diunggulkan karena untuk masa depan.
Maylenty dalam gerakan literasi di TBM ini merangkul tokoh-tokoh agama baik Nasrani
maupun Islam. Dengan adanya gerakan PKK kabupaten yang mengimbau ada kegiatan
belajar mengajar. Kadernya langsung, juga meminta keterlibatan tokoh – tokoh agama
kalau di Nasrani ada sekolah Minggu kalau yang Islam ada yang dari penggajian anak –
anak, supaya semua bisa masuk.
“Kita bangga juga dari INOVASI, ada perpustakaan menyiapkan buku-buku untuk
anak–anak di desa,” katanya. Letak geografis wilayah Malinau terutama untuk
perbatasan seperti Apokayan kendalanya adalah sarana transportasi. PKK untuk kader
TBM pelatihan tidak ada transportasi lain selain menggunakan transportasi udara.
Namun hal itu, tidak membuat putus semangat.
“Dimana bupati kunjungan ke wilayah, PKK ikut, karena untuk menghemat biaya
transportasi,” katanya.
Misalnya ke wilayah Kayan Hilir, Sule Pipay yang jarak tempuhnya hampir dua jam naik
pesawat yang memiliki kapasitas 6 orang. Jika pesawat mendarat di lapangan perintis
seperti penumpang di dalamnya seperti naik kuda.
TBM di Malinau mulai aktif pada tahun 2020, mereka melihat aktifnya kegiatan PKK
langsung ke keluarga. Pada saat masa Covid-19. Maylenty bersama para kader PKK
keliling membagikan buku – buku cerita. Dari desa ke desa dengan pengalaman hidup
yang keras dengan menggunakan perahu kayu mengarungi jeram – jeram sungai yang
berbahaya.
“Bahkan kalau perahu kami tidak bisa melalui jeram, tersebut, kami terpaksa berjalan
kaki mencari jalan alternatif lain,” katanya.
Hal tersebut dia lakukan tidak lain, ingin melihat warganya untuk bisa mendapatkan
pendidikan yang layak seperti anak – anak lain di Indonesia. Gerakan inilah yang
Maylenty katakan sebagai Gerakan Pelayanan Kasih untuk pendidikan anak – anak di
Malinau. Hal ini dilakukan, lebih pada pelayanan dan kader PKK tidak ada honor dan
tidak ada upah. Karena ini merupakan kerja ikhlas dan sampai ke desa.
“Memiliki kasih dengan pikiran dan hati, punya rasa kepeduliaan pasti kerjanya ikhlas,”
kata Maylenty.
Untuk saat ini, daerah yang masih terjangkau responnya luar biasa, minat anak lebih
Tinggi. Bahkan bukunya mengalami kekurangan. Karena respons anak dan respon
orang tua tinggi terhadap kegiatan di TBM. Untuk operasional buku-buku lewat IKBM,
PKK beberapa waktu ke depan akan ada nota kesepahaman dengan IKBM.
Jadi IKBM itu sangat diperlukan sekali. Bagaimana mengarahkan teman–teman untuk
melakukan belajar di TBM desanya masing–masing. Maylenty meminta keterlibatan
orang tua untuk peduli dengan pendidikan anak–anak, orang tua harus tahu
perkembangan anak seperti apa. Walaupun di daerah Malinau masih ada kemampuan
orang tua yang memiliki kemampuan terbatas.
“Bahkan ada anak–anak yang tidak tahu dia sudah kelas berapa. Kita minta orang tua
mengasih kepedulian. Itulah tadi gerakan PKK agar ibu-ibu di desa atau orang tua
peduli pendidikan anak,” katanya. (WNN/Pieter)
Sumber : SINDOnews.com pada Kamis, 22 Juni 2023 – 23:23 WIB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights