MENGENAL SISTEM STANISLAVSKI

WARTANET NKRI.COM – Kalau di artikel sebelumnya, kita sudah sempat membahas siapa itu Stanislavski dan sedikit sejarah The System, yang bisa kalian baca disini. Sekarang kita akan coba membahas sedikit lebih dalam tentang The Stanislavski System atau selanjutnya kita sebut Sistem Stanislavski.

Apa sebenarnya sistem Stanislavski itu, bagaimana latihannya, apa saja prinsipnya, dan lain sebagainya. Artikel ini mungkin akan sangat panjang dan akan sedikit membingungkan, tapi kami akan coba jelaskan sesederhana mungkin. Siapkan diri, selamat membaca!

APA ITU SISTEM STANISLAVSKI?

Sebenarnya kalau mau menjelaskan Sistem Stanislavski, akan sangat kompleks. Karena normalnya, ada setidaknya 3 buku Stanislavski yang harus dibaca untuk mengerti apa itu The System. Buku tersebut antara lain Persiapan Seorang Aktor, Membangun Tokoh, dan Creating a Role. Dimana salah satu dari 3 buku tersebut setahu kami belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku itu adalah Creating a Role.

Bukan hanya karena belum diterjemahkan, tapi jika sebagian dari kamu pernah membaca bukunya, Stanislavski menulis ketiga buku tersebut dengan gaya seperti novel. Untuk memahami isinya, kalian harus setidaknya tahu dasar-dasar keaktoran terlebih dahulu karena akan sangat sulit untuk mengerti isi dari ketiga buku tersebut.

Jadi secara sederhana begini, Sistem Stanislavski adalah serangkaian pendekatan sistematis untuk melatih aktor memainkan tokoh yang dikembangkan oleh Konstantin Stanislavski di awal abad ke 20. Seperti sejarahnya, perjalanan sistem ini dimulai sekitar tahun 1906 dan berkembang sepanjang hidup Stanislavski. Itu pengertian sederhananya.

Lebih lanjut lagi, soal kenapa sistem ini bisa muncul adalah karena Stanislavski berpikir bahwa pelatihan aktor harus melibatkan sesuatu yang lebih dari sekedar latihan fisik dan vokal. Jadi harus ada pelatihan lain yang lebih mendalam dan terstruktur dengan baik untuk mendekati dan menciptakan tokoh.

The system secara garis besar berpusat pada “Art of Experiencing” atau seni mengalami. Prinsip ini menuntut seorang aktor untuk mengalami perasaan yang sesuai dengan perasaan yang dialami tokoh setiap kali tokoh tersebut melakukan berbagai macam aktifitasnya.

Dalam sistem ini, seorang aktor juga harus berusaha mencari alasan atau motivasi dari laku tokohnya.  Art of Experiencing sendiri muncul karena Stanislavski sepakat dengan apa yang dikatakan aktor Italia, Tomasso Salvini. Dimana Salvini menyatakan bahwa aktor harus benar-benar merasakan apa yang sedang mereka mainkan entah itu dalam pertunjukan pertama, yang keseribu, atau juga dalam sesi latihan.

Pernyataan Salvini ini bertolak belakang dengan pemikiran aktor Prancis, Cocquelin yang punya anggapan bahwa mengalami emosi itu hanya dilakukan ketika mempersiapkan tokoh saja atau saat latihan. Lalu ketika pentas, apa yang “pernah dialami” saat latihan, ditunjukkan kembali dalam pentas atau disebut juga Art of Representation, atau Seni Representasi.

Nah, Stanislavski lebih sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Tomasso Salvini dari pada Cocquelin. Dimana menurutnya, emosi itu harus seolah-olah terjadi pertama kali kapan pun itu, atau dalam sudut pandang Stanislavski disebut juga dengan “here and now” dan bukan merepresentasikan atau menunjukkan ulang sehingga tidak terasa segar atau baru.

Ini kemudian berkaitan dengan krisis artistik yang dirasakan Stanislavski saat pentas di tahun 1906, dimana ia merasa lakunya sangat mekanis, tidak menemukan impuls atau motivasi, dan tidak terasa baru.

Art of Experiencing kemudian diuraikan kembali oleh Stanislavski. Dimana pada awalnya, cara untuk memunculkan “Pengalaman atau Emosi tokoh” adalah dengan menggunakan memori internal, dimana aktor memicu emosi karakter melalui emosi personal mereka. Cara itu kemudian dirubah menjadi Method of Physical Action, atau metode aksi fisikal.

Kenapa Stanislavski menolak sendiri metodenya? Menurutnya menggunakan emosi personal tidak aman secara psikologis untuk si aktor. Hal itu bisa menimbulkan traumatik atau semacamnya. Method of Physical Action sendiri secara sederhana berarti emosi tokoh dipicu oleh tindakan fisik sederhana.

Dalam Art of Experiencing, Stanislavski mendefinisikan aktor yang “mengalami” sebagai aktor yang bermain “secara kredibel”. Artinya aktor benar-benar berpikir, menginginkan, berjuang, berlaku jujur, dalam urutan yang logis dengan cara yang manusiawi, di dalam karakter, dan membuat dirinya (sebagai aktor) sejajar dengan apa yang dilakukan atau dialami tokoh.

Sejajar artinya aktor tidak boleh overlap atas tokoh. Ia tidak boleh menyertakan keinginan pribadinya sebagai aktor, tapi hanya berjalan sejajar dengan tokohnya dan tidak berusaha mengendalikan laku tokoh sesuai keinginan personal si aktor. (wnn/Pieter)

Sumber : Sumber :  AkuAktor

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights