PERTUNJUKAN KESENIAN BUDAYA DI NTT SEPI DAN SURAM

KUPANG-NTT, WARTANET NKRI.COM – Sudah sekitar 30 tahun kehidupan seniman dan pertunjukkan kesenian budaya di provinsi NTT, sangat sepi dan suram bahkan karya-karya kreatif dari para insan seni hanya bisa menyusuri lorong-lorong sunyi. Padahal karya-karya kreatif yang dirajut para seniman kita memiliki potensi yang luhur untuk bisa ikut membangun masyarakat tercinta di Nusa Tenggara Timur.

Susah payah  para seniman menghimpun muda-mudi berbakat seni budaya lalu melatih mereka untuk bisa melakukan pertunjukkan di panggung dengan karya-karya Drama dan Puisi yang bernafaskan cinta tanah air, perekat kebersamaan merajut simpul – simpul perbedaan menuju hidup damai dan nyaman.

Menurut pengakuan seorang seniman teater dan Sutradara film asal NTT, Pieter Kembo, yang juga adalah penerima Anugerah Kebudayaan NTT Kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaharu ini, bahwa sepihnya pertunjukkan – pertunjukkan seni panggung (drama, puisi, tari, nyanyi dan musik daerah), sudah terjadi di NTT kurang lebih sejak 30 tahun lamanya.

TAHUN 1980 – 1990 KESENIAN DAERAH NTT  SANGAT BERGEMA

Kata Pieter, pada tahun 1980 sampai 1990, masih adanya festival-festival seni daerah yang diselenggarakan oleh departemen penerangan (sekarang Kominfo), lalu setelah tahun 1990, dunia panggung pertunjukkan seni daerah sudah kehilangan momen dan ruang ekspresi yang layak. Kreatifitas para seniman budaya pun menemui ruang sepi dalam kesendirian berkarya.

“Pada tahun-tahun tersebut, muda-mudi dari berbagai kabupaten selalu dilibatkan dalam festival-festival budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi NTT. Namun setelah tahun 90-an, ruang-ruang Festival Budaya mulai sangat dipersempit hingga tak pernah ada lagi,” ucap Pieter.

TAHUN 2004 DEKATI TVRI UNTUK ANGKAT BAKAT SENI ANAK MUDA

Lanjut Pieter Kembo, karena mengalami sepihnya ruang-ruang pertunjukkan sebagai ajang berkarya, beberapa seniman budaya mencoba membangun kerjasama dengan TVRI NTT dengan harapan dapat berekspresi lewat layar kaca. Dan pada tahun 2004 terjalinnya kerjasama sehingga bisa menyajikan pertunjukkan Teater berbasis Budaya bersama TVRI NTT dan TVRI Nasional lewat Program Acara Fariaty Show Daerah NTT untuk Nasional berjudul ‘Kerajaan Angin-Angin’.

Setelah sukses penayangan Teater Kerajaan Angin-Angin tersebut, para kawula muda seni budaya kita mulai mencoba menggodok kisah-kisah lokal untuk dijadikan Film Ceritera di TVRI. Dan akhirnya berhasil produksi dan penayangan secara Daerah dan Nasional, beberapa judul film, antara lain; Suara Malam Natal, Sebening Hati Yang Fitri, Cinta Yang Kandas, Maria dan Maurits, Cendana, Doa Anak Pinggiran, Kampung Merah Putih, dan juga beberapa Film hasil kerjasama dengan Radio Verbum.

“Kegiatan bersama TVRI dan Radio Verbum terjadi sejak tahun 2004 sampai 2017. Dan karena TVRI NTT berubah menjadi LPP TVRI, maka program-program untuk mengakomodir bakat seni budaya anak daerah menjadi sempit dan terhenti,” katanya.

TAHUN 2017 BERJUANG KEMBALI KE PANGGUNG PERTUNJUKKAN

Pieter menjelaskan, sejak tahun 2017 tersebut, bakat-bakat kawula muda yang sudah cukup mumpuni itu, mulai diolah untuk kembali ke Panggung Pertunjukkan Teater daerah. Berbagai upaya pendekatan ke pihak-pihak pemerintah terkait dilakukan, dengan tujuan agar bisa mendapat ruang dan kesempatan pertunjukan. Bidang-bidang dan dinas terkait, merasa kecut dan tak berdaya sebab tidak adanya nomenklatur untuk stimulan melakukan festival-festival daerah yang bisa mengakomodir bakat-bakat seni Drama,Puisi,Tari,Nyanyi.

“Walaupun selalu menemui jalan buntu untuk mendapatkan dukungan dan perhatian serius dari pemerintah yang berwenang, kami terus berupaya untuk bertemu dengan berbagai pemerintah terkait lainya, namun tetap saja ruang-ruang ajang kreasi seni budaya berupa-festival kesenian daerah tetap saja berhenti pada jalan buntu,” jelasnya.

HANYA DALAM KERINDUAN ANGKAT NILAI SENI BUDAYA BANGUN NTT

Kerinduan para seniman untuk memperoleh perhatian serius dari pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk bersama-sama menjaga nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pertunjukkan seni dan film hanyalah menjadi suatu kerinduan hampa semata.

“Pemerintah kita di NTT terkesan tidak serius melihat karya-karya seniman kita sebagai karya yang mampu mendorong masyarakat agar turut membangun daerahnya. Padahal karya-karya seniman yang berakar dari galian nilai-nilai budaya daerah, sangat ampuh untuk membangun karakter positif masyarakat dan mengikat kebersamaan hidup yang erat untuk turut memajukan NTT demi kejayaan Indonesia,” ungkap Pieter Kembo.

PEMERINTAH HARUS MERAWAT BAKAT DAN KREATIFITAS SENI AGAR TIDAK MELENCENG OLEH ZAMAN

 

Lewat media ini, Pieter Kembo menghimbau kepada pemerintah Povinsi NTT maupun pemerintah di tingkat nasional, kiranya berkenan memberikan support terus menerus kepada generasi muda kita, sehingga nilai-nilai budaya yang dapat ditpaparkan lewat panggung pertunjukkan maupun lewat film fiksi dan documenter, memiliki ruang yang luas sehingga para generasi muda kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai budaya luhur untuk menjalani zaman modern ini.

“Jika generasi muda kita diberikan perhatian serius dari pemerintah untuk berkesenian yang terarah, maka saya yakin nilai-nilai luhur budaya kita akan terus tumbuh dan tidak gampang dilenyapkan oleh pengaruh zaman modern ini,” tandas Pieter.

Penulis : Feghas Wanted WNN

Foto : Irwan Thio 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights